SMPN I Leles Garut Optimalkan Program Embun Pagi, WJLRC dan Redaton
Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) I Leles, Kabupaten Garut memiliki banyak agenda
untuk meningkatkan sumber daya anak didiknya. Selain Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) formal, SMPN I Leles juga menjalankan berbagai kegiatan ekskul dan
berbagai kegiatan yang diluncurkan Pemerintah Pusat, Provinsi, bahkan program
dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut.
Kepala SMPN I
Leles, Drs Sarif Nuroni M.Pd kepada Tabloid Intan di ruang kerjanya, pekan lalu
mengatakan, agenda kegiatan yang kini tengah rutin dilaksanakan SMPN I Leles
diantaranya, program embun pagi sebagai program Disdik Garut yang digagas oleh
Kabid Dikdas, pak Totong.
“Bentuk
kegiatan ini adalah warga sekolah menyambut siswa, menjabat tangan sambil
mendoakan siswa agar anak-anak soleh dan solehah. Kegiatan ini dilakukan setiap
hari. Ada juga program botram atau makan bersama di lingkungan sekolah, siswa
membawa timbel dan makanan masing-masing ke sekolah,” tandasnya.
Kegiatan embun
pagi ini, setiap pagi kepala sekolah dan guru berjejer di gerbang sekolah untuk
menunggu kahadiran siswa. Setelah siswa datang, maka seluruhnya harus melakukan
salaman dengan kepsek dan guru yang sudah menunggu kedatangan siswa.
“Jadi, sebelum
jam 06.00 pagi kami semua sudah tiba di sekolah. Setelah itu kami bersiap-siap
menunggu siswa. Nantinya seluruh siswa diwajibkan untuk melakukan salaman
kepada kami semua yang sudah menunggu. Pada kegiatan ini, untuk hari Jumat
siswa laki-laki tidak boleh salaman kepada guru perempuan dan siswa perempuan
tidak menyalami guru laki-laki. Karena, pihak sekolah meminta semua siswa sudah
melakukan wudhu di rumahnya masing-masing, karena akan dilakukan shalat sunat
Dhuha berjamaah,” papar pria berkumis tipis ini.
Selain itu, menurut Sarif Nuroni, setiap hari Jumat pagi pukul 07.00 WIB
melaksanakan Shalat Dhuha yang dipimpin guru agama. “Kami memiliki tiga guru
agama, yakni Erik Nazmudin Ghozali S.Pdi, Deden Danil S.Pdi dan Badar S.Ag,
mereka rutin memimpin shalat Dhuha di hari Jumat berjamaah secara bergiliran
Jumat. Kegiatan ini sudah menjadi program sekolah sejak tahun 2016,” ujar pria
berperawakan tinggi besar ini.
Menurut kepala
sekolah yang ramah ini, setelah shalat Sunat Dhuha berjamaah, kegiatan
dilanjutkan dengan membaca Al-Quran berjamaah selama 10 menit. Karena, SMPN I
Leles juga sudah melaksanakan Program West Java Leader’s Reading Challange atau program
tantangan membaca bagi siswa dari para pimpinan pemerintahan di Jawa Barat
yakni Gubernur, maka kegiatan selanjutnya dilakukan pelaksanaan review oleh siswa.
“Dalam program
WJLRC, siswa yang sudah selesai membaca buku yang ditentukan, maka mereka
diwajibkan melakukan review dihadapan teman-temannya,” katanya.
Selain program Embun pagi dan WJLRC ada juga
program Redaton (read marathon).. Kegiatan ini dilakukan oleh semua warga
sekolah. Tidak hanya siswa, tetapi kepala sekolah dan seluruh guru diwajibkan
untuk membaca.
“Program
Redaton baru dilaksanakan mulai hari Jumat pekan lalu, di bulan Oktober 2016,”
pungkasnya. (Asep Ahmad)
SMPN I Leles
sebagai Perintis Program WJLRC
Optimis
Tingkatkan SDM Kabupaten Garut
Aan Hariyani S.Pd sebagai perintis program literasi SMPN I Leles, mengaku bangga dengan program WJLRC. Pasalnya, program WJLRC atau lebih akrab dengan program literasi dipercaya menjadi formula yang ampuh dalam meningkatkan SDM bangsa.
Untuk itu,
pihaknya sudah menjalankan program ini Sejak tanggal 20 September 2016. bahkan,
pada bulan Oktober ini sudah dilakukan review dan penguploadan. Walaupun sampai saat ini masih
ada siswa yang belum terbiasa membaca karena memiliki banyak aktifitas. Namun
setelah ada program WJLRC aktifitas membaca meningkat signifikan.
Ratusan buku yang disediakan perpustakaan
sekolah nyaris habis. SMPN I Leles memiliki tehnik pembuktian bahwa siswa sudah
membaca buku dan review, maka siswanya diharuskan menyampaikan bukti melalui
tehnik fishbone atau tehnik tulang ikan.
“Pada tehnik
fishbone, tehniknya sama dengan tekhnik jurnalistik. Dimana setiap siswa
membuat tabel berupa tulang ikan dan menuliskan tentang 5W dan 1 H (What, Who,
Where, When, Why) and How. Melalui tehnik ini pembaca atau siswa akan merasa
mudah untuk memahami apa yang mereka baca,” katanya.
Menurut Aan Hariyani, melalui program ini diharapkan setiap anak terbiasa untuk membaca dan meningkatkan minat baca yang secara otomatis meningkatkan ilmu dan wawasannya. “Melalui program ini, anak-anak harus ketagihan membaca. Kalau sehari saja mereka tidak membaca, seakan-akan ada hal yang kurang. Untuk review dilakukan oleh perwakilan kelompok, dari satu kelas terdiri dari delapan kelompok yang terdiri dari lima siswa dan satu orang pembimbing,” ungkapnya.
Aan juga
menjelaskan, untuk review dilaksanakan sesudah melakukan pembacaan ayat suci
Al-Quran yang rutin dilaksanakan pada hari Jumat. Review dilakukan oleh dua
perwakilan dari WJLRC secara bergiliran di depan teman sekolahnya.
Sedangkan
untuk Upload, dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Untuk Upload, sambung Aan,
saat ini memiliki kendala jaringan ke Provinsi Jabar. “Kalau program Disdik
Pemkab Garut, maka upload atau laporan yang kami kirimkan langsung ke Disdik
Garut, sedangkan untuk program Pemprov Jabar laporannya dikirimkan langsung ke
Pemprov Jabar. Untuk saat ini, semua mengalami kendala pengiriman laporan ke Pemprov,”
katanya.
Aan
menambahkan, Tim WJLRC terdiri dari perintis, perpustakaan dan guru pembimbing
sebanyak delapan orang. Yang diutamakan adalah pembimbing guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sedangkan pembimbing lainnya tergantung
kesiapan dari gurunya. (Asep Ahmad)
Comments
Post a Comment