BUAYA






Melihat fenomena saat ini, banyak sekali bermunculan buaya-buaya darat yang terekspose. Nah, kali ini kita tidak bicara tentang para buaya darat yang itu. Tetapi buaya yang sesungguhnya. Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan atau diafragma dan cerebral cortex.
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae. Morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya menambah kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya bisa tumbuh sampai sepanjang 5 meter. Buaya air asin adalah spesies buaya terbesar, spesies ini dapat tumbuh sampai sepanjang 7 meter dengan berat mencapai sekitar 1 ton.
Ada buaya yang menangis, nah fenomena yang itu semua sudah tau. Mengapa buaya menangis? Setelah menyantap mangsanya, buaya akan meneteskan airmata. Ini karena ketika buaya menelan tubuh mangsanya yang besar, buaya harus membuka mulutnya lebar-lebar, saat itu kelenjar airmatanya tertekan kemudian meneteskan airmata. Jika Anda tiba-tiba melihat peristiwa di atas, mungkin Anda mengira karena telah memakan mangsanya, buaya merasa bersalah dan meminta maaf ! makanya, "airmata buaya" sering digunakan untuk mengumpamakan "penyesalan yang palsu".
*(Tangguh Tunggalaye)

Comments

  1. Kalimat terakhir juga tepat disematkan untuk wanita buaya hihi....

    ReplyDelete

Post a Comment